Rahmi Shofiana

Mama. Entah bidadari dari mana aku tak dapat melacaknya. Mungkin dari langit paling indah yang diciptakan oleh-Nya. Yang pasti, bidadari yang selalu ada saat aku membutuhkannya. Bagaikan seorang peri yang menemani hari-hariku dan memenuhi semua permintaanku. Bagaikan robot tercanggih yang tak pernah mengeluh menghidupiku. Bagaikan seorang pelawak handal yang selalu tertawa menghiasi hariku. Bagaikan seorang aktris profesional yang tak pernah menunjukkan kesedihannya padahal aku tahu hati Mama sedang terluka. Mama, bukannya aku berlebihan. Tapi sungguh, aku tidak bisa hidup tanpamu. Kasih sayang mu, Ma. Aku bingung bagaimana caranya membalas itu semua. Aku yang selalu meneriakimu, memarahimu, mengacuhimu. Namun kau yang tetap mencintaiku, mengasihiku, menyayangiku. Dan kau tetap sabar menghadapinya. Jika digambarkan, mungkin kasih sayangmu seluas lautan, selapang dunia, bahkan lebih. Do'amu yang penuh berkah selalu terngiang di benakku. Kau relakan bangun di malam sepi hanya untuk mendo'akanku. Aku mencintaimu, Ma. Aku tahu Mama capek tiap hari bekerja, kuliah, dan mengurus kami. Aku selalu melihat wajah lelahmu setiap Mama pulang. Aku ingin sekali memeluk dan menciummu saat itu juga. Aku tahu sebagai seorang mahasiswi, Mama pernah diomeli dosen Mama. Tapi Mama tak pernah mengeluhkannya kepadaku. Aku ini anakmu, Ma. Jangan engkau menahan sakit itu dengan tersenyum, menangislah apabila itu mengurangi beban hatimu. Izinkan aku memeluk hatimu setiap saat, agar aku bisa merasakan kesedihan yang tersembunyi dibalik senyum indahmu. Justru aku yang terkadang membuat air mata Mama terjatuh atas kelakuanku. Mama sedih melihatku pulang dari sekolah yang terlihat lelah sekali. Mama langsung memeluk dan menyuguhkanku makanan, menawariku untuk istirahat terlebih dahulu. Tidak usah, Ma. Aku sudah cukup besar. Itu memang sudah kewajibanku. Kaulah yang seharusnya kuperlakukan demikian. Aku juga ingin membantumu, aku ingin memijiti tubuhmu yang lelah. Aku tahu, membahagiakanmu bukan hanya memberikan uang yang banyak nantinya, tetapi dari bagaimana aku tidak membuatmu menangis. Ma, tolong pinjami aku hatimu sebentar, agar aku tahu bagaimana caranya pengorbanan dan arti dari air mata yang ikhlas itu. Mama tau, setiap kali kita bergolak tawa, aku selalu mencuri-curi kesempatan mencubit pipimu dengan gemas kemudian mencium dan memelukmu? Aku mencintaimu Ma, dengan doa-doa kebahagiaan yang setiap hari aku panjatkan untukmu di hadapan-Nya. Aku bersungguh-sungguh, Ma, agar suatu saat nanti aku bisa membuatmu bahagia. Terimakasih Mama, atas nasihat, atas kepeduliaanmu, yang membuat aku bertahan dalam menghadapi berbagai persoalan. Sebab ikhlasmu Ma, aku menjadi paham dan belajar untuk tidak menyesali apa yang telah terjadi. -RahmiShofi
 
1 Response
  1. nice post :)
    ditunggu kunjungan baliknya yaah ,


Post a Comment